terkini

K-Pop dan Budaya Fans: Cerita Penggemar dari Palembang

Sunday, November 02, 2025, Sunday, November 02, 2025 WIB Last Updated 2025-11-02T11:00:00Z
Ilustrasi. (Foto: IST)



PUYANG - Fenomena K-Pop kini tak lagi sekadar tren musik asal Korea Selatan. Di Indonesia, K-Pop telah menjelma menjadi gaya hidup dan membentuk komunitas sosial lintas negara yang solid dan aktif. 


Pengaruhnya meluas, tidak hanya pada selera musik, tetapi juga pada cara berpakaian, perilaku sosial, hingga semangat saling mendukung antarpenggemar.


Salah satu penggemar K-Pop, Nabila Audia (18), mahasiswi asal Palembang, mengaku mulai menyukai K-Pop sejak tahun 2017.


“Awalnya gara-gara iseng nonton MV di YouTube. Lama-lama jadi keterusan karena seru dan mereka talented banget. Musiknya catchy dan konsepnya beda dari yang lain,” ujarnya.


Grup pertama yang membuat Nabila jatuh hati adalah NCT Dream. Sejak menjadi fangirl, ia merasakan banyak perubahan positif dalam hidupnya.


“Sekarang jadi suka posting tentang K-Pop, sharing lagu, atau ikut diskusi di Twitter. Fashion juga berubah, jadi lebih suka gaya Korea look,” katanya.


Tidak hanya sekadar hiburan, K-Pop juga menjadi ruang pertemanan dan solidaritas sosial. 


Melalui fandom NCTzen, Nabila mengenal banyak teman baru bahkan sampai menjadi sahabat dekat.


“Kita pernah patungan donasi buat bantu korban di Palestina. Walau nggak seberapa, tapi jiwa sosialnya benar-benar terasa,” tuturnya.


Hal serupa juga dialami oleh Noha (24), seorang pegawai yang mulai menyukai K-Pop sejak 2019. Ia mengaku awalnya tertarik setelah menonton drama yang dibintangi Baekhyun EXO di masa-masa sulit usai putus cinta.


“Lihat artis-artis K-Pop yang ganteng-ganteng cukup bikin hati dan pikiran tenang,” katanya sambil tersenyum.


Noha kini aktif di komunitas daring NCTzen yang rutin mengadakan meet online, open donasi, hingga game bareng.


“Komunitasnya seru dan suportif banget. Dulu aku pemalu, tapi setelah gabung, jadi lebih berani ngobrol dan percaya diri,” tambahnya.


Ia juga pernah ikut dalam kegiatan donasi untuk panti asuhan, dan menurutnya, kegiatan sosial seperti itu perlu terus dijaga.


“Fandom itu bukan cuma soal idola, tapi juga soal rasa empati dan kebersamaan,” ujarnya.


Baik Nabila maupun Noha sepakat bahwa fandom K-Pop memiliki kekuatan besar dalam membangun solidaritas antarpenggemar. 


Meski banyak di antara mereka belum pernah bertemu langsung, rasa saling mendukung dan kebersamaan sangat terasa.


“Pola pikir orang beda-beda, kita nggak bisa maksa semua orang suka. Yang penting kita tetap positif,” ujar Noha santai.


Dengan dukungan media sosial seperti Twitter, TikTok, dan Instagram, batas geografis antarfans seolah lenyap. 


Fandom K-Pop menjadi komunitas global yang tetap memiliki keakraban khas — penuh semangat, kreatif, dan peduli terhadap sesama.


Kisah para penggemar ini membuktikan bahwa K-Pop bukan sekadar hiburan semata, tetapi juga identitas, ruang ekspresi, sarana pertemanan, dan wadah aksi sosial nyata yang mempererat hubungan lintas budaya. (Salas Satun Nur Hakiki)


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • K-Pop dan Budaya Fans: Cerita Penggemar dari Palembang

Terkini