
![]() |
Suasana Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) Palembang saat dikunjungi warga. |
PALEMBANG – Museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) Palembang menyimpan banyak kisah berharga tentang perjalanan sejarah kota Palembang, mulai dari jejak keraton, masa kolonial Belanda, hingga koleksi budaya yang masih terjaga sampai kini.
Bangunan megah yang berdiri di tepi Sungai Musi ini dulunya merupakan rumah residen Belanda.
Edo (29), petugas Museum SMB II, menjelaskan bahwa bangunan tersebut mulai dibangun pada 1923 hingga 1925, di atas tanah bekas Keraton Palembang yang dihancurkan pada tahun 1921.
“Sebelum dijadikan museum, tempat ini dulunya rumah residen Belanda. Tapi sebelumnya adalah tanah Keraton yang dihancurkan lebih dulu,” ungkap Edo.
Nama museum ini diambil dari salah satu pahlawan nasional asal Palembang, yakni Sultan Mahmud Badaruddin II, yang memiliki nama asli Raden Hasan.
“Banyak orang Palembang belum tahu kalau Sultan Mahmud Badaruddin II itu pahlawan nasional dari kota ini. Penamaan museum ini sekaligus untuk mengabadikan jasanya,” jelas Edo.
Museum ini diresmikan pada tahun 2006 dan kini dikelola oleh Dinas Kebudayaan Kota Palembang. Fokus utamanya adalah menyajikan sejarah Palembang, khususnya masa kesultanan.
Museum SMB II memiliki sekitar 150 koleksi berharga, sebagian besar merupakan hibah dari masyarakat Palembang maupun luar daerah.
Koleksi yang dipamerkan antara lain replika prasasti, arca, meriam, mata uang kuno, cetakan kue tradisional, hingga baju adat Palembang.
Edo menyebut koleksi tertua adalah kain songket, meski tidak dipamerkan karena sensitif terhadap cahaya.
“Songket itu kita simpan di boks khusus, karena kalau terkena cahaya mudah rusak,” jelasnya.
Selain itu, museum juga menyimpan berbagai barang antik, termasuk botol kaca peninggalan Belanda.
Barang-barang ini diperoleh dari hibah masyarakat, namun tetap melalui pengecekan usia minimal 50 tahun sebelum diterima.
Meski bertema sejarah, museum ini ternyata masih digemari kalangan muda. Sejak 2023, jumlah kunjungan anak-anak muda meningkat, apalagi museum sering mengadakan berbagai event, seperti lomba melukis.
“Event-event ini memang kita buat untuk menarik pengunjung, khususnya generasi muda,” kata Edo.
Museum ini buka setiap Selasa hingga Minggu, sementara Senin digunakan untuk pembersihan koleksi. Selain itu, museum juga aktif memanfaatkan media sosial dengan akun Instagram dan TikTok @museum_smb.
Rina (41), pengunjung asal Lampung, mengaku senang saat pertama kali berkunjung ke Museum SMB II.
“Saya ada keluarga di Palembang, jadi sekalian mampir ke tempat bersejarah. Rasanya senang, tempatnya bagus,” ujarnya.
Sebelumnya, ia juga sudah mengunjungi destinasi religi seperti Masjid Cheng Ho dan Al-Qur’an Akbar. Baginya, Museum SMB II menjadi tambahan pengalaman berharga untuk mengenal sejarah Palembang.
Dari sisi arsitektur, museum ini masih mempertahankan keaslian bangunannya.
“Perubahan hanya pada bagian lantai atau pintu, tapi lantai atas kebanyakan masih asli, termasuk kayunya,” jelas Edo.
Dengan segala koleksi dan kisah sejarah yang dimilikinya, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II menjadi bukti nyata perjalanan panjang Palembang.
Dari jejak keraton, perjuangan pahlawan, hingga kain songket tua, semuanya terjaga sebagai warisan berharga bagi generasi kini dan mendatang.
Reporter: Daffa Aqilah Febriyani & Putri Ayu Kharisma