terkini

Warisan Abad ke-8: Arca Buddha Bukit Siguntang, Simbol Keagungan Sriwijaya

Monday, November 03, 2025, Monday, November 03, 2025 WIB Last Updated 2025-11-03T15:00:00Z

Arca Buddha Bukit Siguntang terpajang megah di Museum Sriwijaya. (Foto: Putri Ayu Kharisma).


PUYANG - Di balik kemegahan Museum Sriwijaya, tersimpan salah satu peninggalan paling bersejarah dari masa Kerajaan Sriwijaya, yakni arca Buddha Bukit Siguntang. 


Arca berukuran hampir tiga meter ini menjadi saksi bisu spiritualitas dan kebesaran budaya maritim yang pernah berjaya di Palembang pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi.


Arca Buddha tersebut ditemukan di kawasan Bukit Siguntang, salah satu situs penting peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang kini dikenal sebagai destinasi wisata sejarah di Palembang.


Menurut Dede Septiana (37), pemandu Museum Sriwijaya, arca ini merupakan salah satu koleksi terbesar dan termegah yang ada di museum tersebut.


“Arca Buddha Bukit Siguntang memiliki tinggi mencapai tiga meter. Dilihat dari arsitektur dan bahan pembuatannya, arca ini diperkirakan berasal dari abad ke-8 atau ke-9 Masehi,” ujarnya.


Arca tersebut terbuat dari batu granit keras dengan gaya seni khas Buddha yang sederhana namun tetap megah. Berbeda dari arca Hindu yang penuh atribut dewa, arca ini menampilkan sosok berjubah panjang menyerupai biksu dengan kalung besar di lehernya.


“Bukan menggambarkan dewa tertentu, tapi simbol kesucian dan spiritualitas dalam ajaran Buddha,” tambah Dede.


Ketika pertama kali ditemukan, kondisi arca tidak sepenuhnya utuh. Sebagian tangan arca sudah terpenggal, dan bagian bawahnya mengalami keretakan. Hingga kini, pihak museum belum melakukan restorasi besar agar keaslian arca tetap terjaga.


“Kita tidak memperbaikinya karena membutuhkan tenaga ahli khusus. Jadi fokus kita hanya merawat dan menjaga kondisinya agar tidak semakin rusak,” jelas Dede.


Sebagai salah satu koleksi utama Museum Sriwijaya, arca Buddha Bukit Siguntang mendapatkan perhatian khusus melalui perawatan konservatif rutin.


Proses konservasi dilakukan oleh tenaga konservator profesional, dengan jadwal yang disesuaikan pada kebutuhan setiap koleksi.


“Perawatan dilakukan seminggu sekali, sebulan sekali, atau dua bulan sekali, tergantung kondisi. Tujuannya agar arca tidak lapuk dan tetap terjaga secara alami,” ujar Dede.


Konservasi ini sangat penting, mengingat sebagian besar koleksi museum merupakan benda berusia ratusan hingga ribuan tahun yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi bagi masyarakat Palembang.


Arca Buddha Bukit Siguntang bukan sekadar karya seni kuno, tetapi juga simbol spiritualitas masa Kerajaan Sriwijaya, yang dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara pada masanya.


“Dulu, umat Buddha menganggap arca seperti ini sebagai simbol suci. Ini menunjukkan betapa kuatnya nilai keagamaan dan kebudayaan di masa Sriwijaya,” jelas Dede.


Kini, arca Buddha tersebut tidak hanya menjadi koleksi museum, tetapi juga menjadi jendela sejarah yang membantu masyarakat memahami perjalanan spiritual dan kebesaran peradaban di masa lalu.


Melalui keberadaan arca ini, masyarakat dapat melihat bahwa modernisasi dan sejarah bisa berjalan berdampingan, menjaga nilai luhur warisan budaya bangsa. (Daffa Aqilah Febriyani)


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Warisan Abad ke-8: Arca Buddha Bukit Siguntang, Simbol Keagungan Sriwijaya

Terkini

Topik Populer