terkini

Tiga Guci Dinasti Tang, Jejak Perdagangan Maritim Sriwijaya dan Tiongkok di Palembang

Wednesday, November 05, 2025, Wednesday, November 05, 2025 WIB Last Updated 2025-11-05T05:00:00Z
Tiga Guci Dinasti Tang dipamerkan sebagai bukti kemewahan jalur dagang kuno.  (Foto: Daffa Aqilah Febriyani).


PUYANG - Museum Sriwijaya yang terletak di kawasan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Palembang, menyimpan beragam peninggalan bersejarah dari masa kejayaan maritim nusantara. 


Salah satu koleksi paling menarik di museum ini adalah guci dan keramik dari Dinasti Tang, yang menjadi bukti penting hubungan perdagangan internasional pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.


Menurut Dede Septiana (37), pemandu Museum Sriwijaya, saat ini terdapat tiga guci peninggalan Dinasti Tang yang dipamerkan di ruang utama museum. 


Koleksi ini bukan sekadar peninggalan arkeologis, melainkan simbol kejayaan dan luasnya jaringan perdagangan maritim Sriwijaya.


“Kalau Dinasti Tang ada tiga buah guci. Itu bukan hanya peninggalan masa perdagangan, tetapi juga bukti kejayaan kemaritiman Sriwijaya,” ujar Dede saat ditemui di Museum Sriwijaya, Palembang.


Selain guci, terdapat pula pecahan keramik kuno yang sebagian besar disimpan di storage atau gudang koleksi museum untuk menjaga kondisinya tetap baik.


Menentukan asal-usul guci dan keramik tidak hanya berdasarkan bentuk atau motif, melainkan juga dari lokasi penemuan.


“Sebenarnya bukan dari bentuk yang kita lihat, tapi dari tempat di mana dia ditemukan. Guci dan keramik ini ditemukan di Selat Gelasa, Belitung,” jelas Dede.


Selat Gelasa yang terletak di perairan Belitung dulunya merupakan jalur perdagangan strategis yang ramai dilalui para pedagang dari berbagai negeri, termasuk Tiongkok dan Asia Selatan.


Pada masa lampau, guci dan keramik ini digunakan sebagai wadah dalam aktivitas perdagangan.


“Bisa jadi mereka untuk berdagang, untuk wadah rempah-rempah yang akan dijual, dan juga bisa untuk menyimpan emas karena zaman dulu belum ada bank atau brankas,” tambahnya.


Untuk menjaga koleksi agar tetap terawat, pihak museum melakukan konservasi rutin dan pengecekan berkala terhadap kondisi setiap artefak.


Museum Sriwijaya juga aktif melakukan publikasi dan kegiatan edukatif. Dede menyebutkan, museum ini pernah menggelar pameran besar pada tahun 2016 dan rutin berpartisipasi dalam pameran tingkat nasional.


“Selain pameran, kami juga mengadakan kegiatan edukatif bagi pelajar dari tingkat SD hingga universitas,” ujarnya.


Museum ini juga aktif di media sosial melalui akun Instagram @museumsriwijaya_tpks, yang menjadi sarana publikasi informasi sejarah dan kegiatan museum kepada masyarakat luas.


Secara keseluruhan, Museum Sriwijaya memiliki sekitar 800 koleksi, termasuk yang disimpan di gudang penyimpanan (storage). Namun, hanya sebagian koleksi yang ditampilkan secara bergilir di ruang pamer utama.


Menutup wawancara, Dede berpesan agar generasi muda terus mencintai dan mempelajari sejarah.


“Ayo kita cintai sejarah, ayo kita belajar sejarah, karena dari sejarah kita bisa hidup di masa sekarang. Kita tidak akan tahu cerita masa lampau kalau tidak mempelajarinya,” katanya.


Museum Sriwijaya tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda kuno, tetapi juga ruang pembelajaran sejarah dan identitas bangsa yang patut dijaga kelestariannya. (Daffa Aqilah Febriyani)


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Tiga Guci Dinasti Tang, Jejak Perdagangan Maritim Sriwijaya dan Tiongkok di Palembang

Terkini

Topik Populer