![]() |
Pengunjung melihat koleksi kendi tradisional di Museum SMB II Palembang. (Daffa Aqilah Febriyani)
PUYANG - Museum Sultan Mahmud Badaruddin II menjadi salah satu tempat terbaik untuk memahami jejak sejarah dan kebudayaan Palembang.
Di antara ratusan koleksi bersejarah yang tersimpan, ada satu jenis benda yang mencuri perhatian pengunjung: kendi, wadah air tradisional yang sarat makna dan filosofi.
Pegawai Dinas Kebudayaan Palembang bidang Cagar Budaya, Heri (47), menjelaskan bahwa kendi bukan sekadar alat penampung air, tetapi juga simbol perjalanan budaya dari masa ke masa.
“Kendi di museum ini ada beberapa jenis. Masing-masing punya ciri khas dan fungsinya sendiri, mulai dari kendi susu sampai kendi air mawar. Semua punya sejarah dan latar belakang budaya yang kuat,” ujar Heri.
Kendi Susu: Peninggalan dari Masa Majapahit
Salah satu koleksi tertua di museum ini adalah kendi susu. Kendi ini dibuat dari tanah liat menggunakan teknik roda putar dan banyak ditemukan di situs arkeologi Trowulan, Jawa Timur, yang merupakan peninggalan masa Kerajaan Majapahit.
“Kalau kegunaan pastinya tidak banyak diketahui, tapi kendi ini jelas berperan penting dalam aktivitas masyarakat masa itu,” jelas Heri.
Kendi Lokal: Masih Digunakan Hingga Sekarang
Berbeda dengan kendi kuno, kendi lokal yang juga dipajang di museum masih diproduksi sampai sekarang, terutama di daerah Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI).
“Jenis kendi ini masih dijual di warung-warung tembikar di Kayuagung. Biasanya digunakan untuk menyimpan air minum di rumah,” katanya.
Kendi Cina: Jejak Pengaruh Tiongkok Kuno
Koleksi lain yang menarik perhatian adalah kendi Cina dari masa Dinasti Ming (abad ke-13–14 M).
Kendi ini dibuat dari keramik berhiaskan burung Hong, simbol burung surga dalam budaya Tiongkok.
“Dulu kendi ini digunakan untuk minum arak. Bahannya kuat dan desainnya indah,” ujar Heri.
Kendi Kayuagung: Cerminan Kearifan Lokal Sumatera Selatan
Selain kendi Tiongkok, museum juga menampilkan kendi lokal asli Sumatera Selatan yang berasal dari Kayuagung.
Dibuat dari gerabah, kendi ini menjadi wadah air yang umum digunakan masyarakat setempat hingga kini.
“Ini kendi asli Sumsel, dan masih banyak dipakai masyarakat dalam kegiatan sehari-hari,” tambahnya.
Kendi Air Mawar: Simbol Sakral dalam Tradisi Rumah
Salah satu koleksi yang paling bernilai simbolis adalah kendi air mawar.
Koleksi ini terdiri dari dua jenis kendi peninggalan masa Sriwijaya yang masih digunakan hingga kini dalam tradisi pendirian rumah.
“Biasanya kendi ini digantung di atas bubungan rumah sebagai simbol keselamatan dan penolak bala,” jelas Heri.
Walaupun bentuk dan bahan kendi air mawar terlihat sederhana, makna filosofisnya tetap lestari di tengah arus modernisasi.
“Sampai sekarang masih banyak masyarakat yang mempertahankan tradisi itu,” tutupnya.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II membuktikan bahwa benda-benda sederhana seperti kendi menyimpan kisah panjang tentang peradaban, spiritualitas, dan kehidupan masyarakat Palembang dari masa ke masa. (Daffa Aqilah Febriyani)
