![]() |
Beberapa pemuda berfoto membelakangi panggung konser (Foto milik: Tim Liputan) |
PUYANG - Padatnya aktivitas dan tekanan pekerjaan maupun kuliah, generasi muda kini menemukan cara baru untuk melepas penat: healing lewat nonton konser.
Bagi banyak anak muda di Palembang, konser musik bukan lagi sekadar hiburan, melainkan ruang untuk menyegarkan pikiran dan menyalurkan emosi.
Salah satunya adalah Wanzu Afdila (19), seorang pekerja muda yang menjadikan konser sebagai media untuk mengatasi stres setelah sepekan bekerja.
“Aku menjadikan konser itu sebagai tempat pelarian dari capeknya kerjaan. Pulang dari nonton konser, beban pikiran terasa hilang dan pikiran jadi lebih fresh, bikin semangat kerja lagi,” ujar Wanzu saat ditemui usai menonton konser di Palembang.
Ia mengaku hampir tidak pernah absen dari setiap konser besar yang digelar di kota tersebut. Salah satu konser paling berkesan baginya adalah konser Hindia, karena lagu-lagunya penuh makna dan terasa dekat dengan kehidupan pribadi.
Senada dengan Wanzu, Revalina (19), seorang mahasiswi di Palembang, juga menganggap konser sebagai sarana refreshing dari padatnya tugas kuliah.
“Tugas kuliah banyak, belum lagi UTS dan UAS. Jadi suka aja menjadikan konser untuk tempat healing,” ungkapnya.
Meski tidak sesering Wanzu, Revalina tetap menyempatkan diri menonton konser di waktu-waktu tertentu. Ia menyebut konser Dewa 19 sebagai yang paling berkesan karena aransemen musiknya unik dan energinya luar biasa.
“Lewat konser tuh kita bisa nyanyi bareng dan meluapkan emosi, itu yang bikin mood naik lagi,” tambahnya.
Bagi keduanya, pengalaman menonton konser langsung memberikan sensasi yang tak bisa digantikan, bahkan oleh konser virtual yang sempat populer saat masa pandemi.
“Kalau konser virtual belum pernah nonton, belum tertarik juga. Rasanya beda kalau gak langsung,” kata Wanzu.
Soal biaya, baik Wanzu maupun Revalina rela menyisihkan sebagian uang untuk membeli tiket konser. Meski begitu, Revalina menegaskan tetap memprioritaskan kebutuhan kuliah.
Keduanya juga lebih suka menonton konser bersama teman-teman karena terasa lebih seru dan hangat.
Menariknya, pandangan keduanya berbeda soal masa depan tren ini.
Wanzu optimis tren healing lewat konser akan terus bertahan karena selalu menghadirkan pengalaman baru serta kemunculan musisi-musisi segar.
Namun, Revalina menilai tren ini bisa jadi hanya bersifat sementara, sekadar efek FOMO (Fear of Missing Out) yang tengah melanda anak muda.
Fenomena ini menunjukkan bahwa konser musik kini berperan lebih dari sekadar hiburan. Bagi generasi muda Palembang, konser menjadi wadah untuk menjaga kesehatan mental, menyalurkan emosi, dan mengisi ulang energi positif di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. (Salas Satun Nur Hakiki)
