
Proses arak-arakan adat dilestarikan masyarakat asyarakat Kelurahan Mangunjaya, Kecamatan Kayuagung, Kabupaten, Sumsel. (Foto: Mahira Salsabila Putri)
Ogan Komering Ilir (OKI) – Midang Bebuke menjadi salah satu warisan budaya arak-arakan adat yang terus dilestarikan masyarakat Kelurahan Mangunjaya, Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Tradisi budaya yang unik dan penuh makna ini menjadi ba
gian penting dalam merayakan Idulfitri, terutama pada hari ketiga dan keempat setelah Lebaran.
Perayaan budaya ini dilakukan dengan menampilkan arak-arakan muda-mudi berpakaian adat diiringi musik tradisional yang khas.
Tradisi arak-Arakan penuh warna Midang Bebuke merupakan prosesi arak-arakan para remaja yang mengenakan busana adat pernikahan khas Kayuagung.
Mereka berjalan kaki beriringan menyusuri jalanan sekitar Sungai Komering, membawa serta semangat kebudayaan dan nilai kebersamaan.
Prosesi ini diiringi oleh musik jidur, alat musik tradisional yang menciptakan suasana meriah dan menggugah semangat seluruh warga.
Menurut Ibu Yana Arie (50), warga Kelurahan Mangunjaya, Midang Bebuke bukan sekadar pawai atau hiburan, melainkan bentuk pelestarian budaya leluhur.
“Ini adalah cara kami mengenalkan budaya kepada generasi muda. Mereka tidak hanya mengenakan pakaian adat, tapi juga memahami makna di baliknya,” ujar Yana.
Dalam prosesi prayaan budaya ini, seluruh remaja di Kelurahan Mangunjaya diperbolehkan ikut berpartisipasi dalam tradisi ini.
Namun, posisi penting dalam barisan arak-arakan seperti "bujang gadis inti" dipilih secara khusus berdasarkan kriteria seperti keaktifan dalam kegiatan adat atau kontribusi terhadap pelestarian budaya lokal.
Momentum lebaran yang berbeda Midang Bebuke selalu dilaksanakan pada hari ketiga dan keempat setelah Idulfitri, menjadikannya bagian penting dari kalender budaya masyarakat.
Tradisi ini memperpanjang semangat lebaran dengan menambahkan unsur budaya, keindahan, dan kebersamaan dalam suasana religius.
Lokasi kegiatan di sepanjang Sungai Komering Arak-arakan biasanya dimulai dan berakhir di sepanjang jalan utama Kelurahan Mangunjaya yang mengarah ke Sungai Komering.
Masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk pendatang dari luar daerah, berkumpul di sisi jalan untuk menyaksikan prosesi ini.
Sungai Komering sendiri menjadi simbol penting dalam tradisi ini, karena sejak dahulu telah menjadi bagian dari kehidupan dan budaya masyarakat Kayuagung.
Pakaian adat sebagai identitas kultural yang digunakan dalam Midang Bebuke bukan hanya elemen visual.
Busana tradisional tersebut merupakan simbol identitas kultural masyarakat OKI, yang diwariskan dari generasi ke generasi.
"Kami ingin anak-anak muda tahu bahwa budaya ini milik mereka, dan tugas mereka untuk menjaganya," ujar Yana.
Antusiasme perayaan Midang Bebuke sangat meriah. Warga bersorak, bertepuk tangan, dan menikmati setiap detik arak-arakan yang melintasi jalanan desa.
Musik jidur yang dimainkan bukan hanya pengiring, tapi juga pemicu semangat dan kebahagiaan.
Menurut Yana, tradisi ini tidak hanya menyatukan masyarakat lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkenalkan kekayaan tradisi Ogan Komering Ilir kepada khalayak luas.
Penulis: Mahira Salsabila Putri - Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Unsri