![]() |
Pengunjung sangat antusias saat di Museum Sriwijaya, Palembang. (Foto: Putri Ayu Kharisma).
PUYANG - Di kawasan Karanganyar, Palembang, berdiri Museum Sriwijaya, salah satu pusat sejarah penting yang merekam jejak kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Museum ini berada di dalam kawasan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, yang menjadi saksi bisu masa keemasan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Dede Septiana (37), pemandu Museum Sriwijaya, kawasan ini sejak dahulu dikenal sebagai situs Karanganyar, yang merupakan pusat pemukiman masyarakat Sriwijaya pada masa lampau.
“Kawasan ini dulunya pusat pemukiman, terlihat dari adanya kanal-kanal air. Itu adalah jaringan yang dibangun oleh masyarakat Sriwijaya untuk aktivitas perdagangan dan mobilitas mereka,” jelasnya.
Penempatan Museum Sriwijaya di kawasan Karanganyar bukan tanpa alasan. Lokasi ini berdekatan dengan sejumlah situs penting seperti Situs Kambang Ulen dan Kambang Kurun, tempat ditemukannya manik-manik dari masa Sriwijaya, serta Sungai Kedukan, lokasi penemuan Prasasti Kedukan Bukit—prasasti tertua di Nusantara.
“Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada 16 Juni 682 dan menjadi peninggalan tertua yang menandai cikal bakal berdirinya Kerajaan Sriwijaya,” ujar Dede.
Dalam prasasti itu disebutkan perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa bersama 20.000 pasukannya, yang menjadi simbol ekspedisi awal berdirinya kerajaan besar tersebut.
Museum Sriwijaya sendiri didirikan pada 22 Desember 1994 dan diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto. Sejak itu, museum ini menjadi pusat edukasi sejarah dan kebudayaan di Sumatera Selatan.
Dalam pengelolaan koleksinya, Museum Sriwijaya bekerja sama dengan berbagai lembaga, seperti Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan, Balai Arkeologi (kini BRIN), serta para sejarawan dan arkeolog.
Setiap tahunnya, museum ini menjalani perawatan dan renovasi rutin untuk menjaga keamanan koleksi serta kenyamanan pengunjung.
Salah satu koleksi unggulan Museum Sriwijaya adalah Arca Buddha dari Bukit Siguntang, yang kini disimpan di museum demi alasan keamanan dan konservasi.
“Arca Buddha itu memiliki kaitan erat dengan masa Sriwijaya, karena Bukit Siguntang dahulu merupakan situs keagamaan umat Buddha. Pemindahan ke museum bertujuan agar arca lebih aman dan terawat,” jelas Dede.
Selain arca, museum ini juga menyimpan fragmen prasasti, tembikar kuno, manik-manik, hingga artefak perdagangan yang mencerminkan kemajuan budaya dan ekonomi pada masa kejayaan Sriwijaya.
Lebih dari sekadar tempat wisata sejarah, Museum Sriwijaya di Taman Purbakala menjadi pengingat penting bagi masyarakat akan akar budaya dan identitas Palembang sebagai kota tua penuh sejarah.
“Tujuan utama museum ini bukan hanya untuk wisata, tapi juga edukasi agar masyarakat, khususnya generasi muda, tidak melupakan sejarah dan budaya Sriwijaya,” pungkas Dede.
Dengan keberadaannya, Museum Sriwijaya terus menjadi jantung sejarah yang menjaga warisan leluhur dan menghidupkan kembali memori kejayaan masa lalu di tengah modernisasi kota Palembang. (Daffa Aqilah Febriyani)
