terkini

Cerita Sopia, Barista Muda Palembang yang Temukan Makna di Balik Secangkir Kopi

Friday, November 07, 2025, Friday, November 07, 2025 WIB Last Updated 2025-11-07T05:00:00Z
 Sopia, Barista Muda Palembang sedang merarik kopi. (Chyarra Andara Hairani)


PUYANG - Profesi barista kini bukan sekadar tren di kalangan anak muda. Bagi sebagian generasi Z, menjadi barista adalah bentuk ekspresi diri, ketekunan, sekaligus cara realistis untuk bertahan hidup di tengah tantangan ekonomi.


Hal itu dirasakan langsung oleh Sopia (19), seorang barista muda yang sudah dua tahun bekerja di salah satu kedai kopi di Palembang. 


Ia mengaku awalnya memilih pekerjaan ini karena kebutuhan finansial, namun seiring waktu mulai mencintai dunia kopi dan seni meraciknya.


“Kalau ditanya kenapa jadi barista, ya jawabannya realistis aja karena butuh uang. Tapi lama-lama jadi suka juga, apalagi kalau lihat pelanggan puas sama kopi buatan saya,” ujar Sopia.


Menurut Sopia, menjadi barista memiliki tantangan tersendiri. Ia menilai tingkat kesulitannya berada di angka lima dari sepuluh. 


Meski awalnya terasa sulit, rutinitas dan pengalaman membuatnya terbiasa menghadapi berbagai situasi, termasuk saat menghadapi lonjakan pesanan di jam-jam sibuk.


“Paling sulit itu waktu rame banget, apalagi pesanan datang terus dari online juga. Tapi ya harus tetap fokus, nggak boleh panik,” tuturnya.


Di balik kesibukannya, Sopia menyadari betapa besar pengaruh media sosial terhadap profesinya. 


Menurutnya, banyak anak muda tertarik menjadi barista setelah melihat konten TikTok atau Instagram yang menampilkan latte art, suasana kafe yang aesthetic, dan gaya hidup para peracik kopi muda.


“Dari luar memang kelihatan keren, tapi sebenarnya tetap butuh kerja keras. Nggak cuma ngopi-ngopi aja,” katanya sambil tertawa.



Bagi Sopia, menjadi barista bukan hanya pekerjaan sementara, tapi juga batu loncatan menuju mimpi yang lebih besar. Ia berharap suatu hari bisa membuka kafe sendiri.


“Kalau serius dan terus belajar, bisa kok berkembang. Tapi kalau cuma berhenti di situ aja, ya terbatas,” jelasnya.


Ia menilai, seorang barista yang baik harus memiliki konsistensi teknik, kemampuan komunikasi yang hangat dengan pelanggan, serta ketelitian dalam menjaga rasa. 


Ia belajar sebagian besar tekniknya dari pelatihan di tempat kerja dan sisanya dari video pembelajaran di media sosial.


Bagi Sopia dan banyak generasi muda lainnya, menjadi barista bukan hanya soal menyeduh kopi. 


Di balik setiap cangkir, ada cerita perjuangan, pembelajaran, dan ruang berekspresi yang membuat profesi ini tetap relevan dan bermakna. (Chyarra Andara Hairani) 

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Cerita Sopia, Barista Muda Palembang yang Temukan Makna di Balik Secangkir Kopi

Terkini

Topik Populer