
![]() |
Suasana Rumah Makan Sarinande. (Foto: Nazayla Putri) |
PUYANG - Bagi para pecinta masakan otentik khas wong kito galo seperti pindang dan opor Palembang, pastinya sudah tak asing lagi dengan Rumah Makan Sarinande Tempo Doeloe ( RM STD).
Tempat makan ini berlokasi di Jalan Mayor Ruslan Ilir Timur I Kota Palembang dan sudah berdiri lama sejak tahun 50-an.
Meski kini dipegang oleh generasi ke-3, resep warisan dari sang pendiri tetap mampu dipertahankan dan menjadi ciri khasnya sampai sekarang. Tentunya bukan hanya bagi warga lokal, tetapi juga menjadi kecintaan tamu luar kota.
Yusuf Rhandy (36), selaku owner RM Sarinande Tempo Doeloe dan juga cucu dari H. Ismail yang notabene merupakan perintis rumah makan tersebut, mengungkapkan bahwa ia sudah menjalankan usaha turun temurun itu lebih dari satu dekade lamanya.
“Dulu RM STD itu dibangun oleh Kakek saya sejak tahun 50-an, lalu diturunkan ke Ayah saya, dan akhirnya diwariskan juga ke saya sejak 2013 silam,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, berdirinya RM Sarinande Tempo Doeloe didasari oleh kecerdasan sang Kakek dalam melihat peluang bisnis yang besar dan dapat menguntungkan.
“Dulu itu pindang-pindang khas daerah lagi banyak peminatnya, tapi belum ada yang jual pindang khas Palembang. Jadi Kakek lihat peluang usahanya memang cukup besar dan dengar-dengar beliau yang jual pindang Palembang pertama kali,” tambahnya.
Pemberian nama RM Sarinande Tempo Doeloe juga bukan semerta-merta tanpa alasan, melainkan disematkan setelah waktu yang panjang dan obrolan bersama sang Ayah.
“Waktu itu nama awalnya RM Pindang Palembang, tapi karena di depannya ada toko Sarinande jadi sering disebut RM Sarinande. Kalau Tempo Doeloenya itu dari saya sama Ayah yang mau temanya tempo dulu, biar kelihatan authentic dari resep Kakek,” ujar Yusuf.
Seiring berubahnya zaman, desain dan interior yang ada juga dibuat senyaman dan semenarik mungkin tanpa harus mennggalkan sentuhan otentiknya
“Kalau desain kayaknya kita pada umumnya saja. Kalau saya sih lebih pertahanin ciri khasnya, misal kursi masih pakai dari rotan yang perawatannya lebih sulit dan lebih mahal ya. Kita pertahankan authenticnya,” imbuhnya.
Untuk melayani pembeli yang tetap konsisten datang setiap harinya, Yusuf senantiasa membuka rumah makannya setiap hari demi memberikan pelayanan yang maksimal.
“Sehari ada lah ya 20 orang yang datang. Jadi kami selalu buka setiap hari dari pukul 10.00-21.00 di hari senin-sabtu, dan pukul 10.00-16.30 di hari minggu,” ucapnya.
Dari banyaknya menu yang ada, Yusuf dapat memastikan bahwa kualitas dari setiap makanan maupun minuman yang disajikan tentunya terjamin dan sepadan dengan harga yang diberikan.
“Kalau paling murah di nasi telur nasi perkedel itu kita jual Rp 19.800, yang paling mahal pasti udang kita jual Rp.143.000. Mahal karena memang kualitas dan porsinya juga. Kalau di tempat lain dijualnya 1,5 ons kecil-kecil, kalau kita minimal 2,5 ons ukurannya besar,”
Yusuf turut mengatakan bahwa makanan khas Palembang merupakan menu yang paling laris dan dicari pelanggan.
“Kalau dibilang best seller semua menu kita semuanya bisa dibilang best seller ya, tapi yang pasti pindang-pindang karena pindang palembang. Ada juga malbi, nasi minyak, dan opor palembang,” ucapnya.
Menurutnya, setelah bertahun-tahun berdiri hingga sekarang, yang paing disukai pembeli dari RM Sarinande Tempo Doeloe adalah menu dan pelayanan yang diberikan dimana dirinya sebagai owner tak ragu untuk turun tangan langsung melayani pembeli.
“Yang paling disukai pembeli dari tempat ini yang pasti menu dan juga pelayanan dimana saya sebagai owner pun turun tangan langsung,” ungkapnya.
Selama menjalankan usaha tersebut, Yusuf mengaku tak ada budget untuk promosi sama sekali dan hanya mengandalkan kepuasan serta testimoni pelanggan dari mulut satu ke mulut yang lain.
“ Jadi yang unik dari resto kami ini kami ga ada budget untuk promosi ya, jadi cuma dari kepuasan pelanggan aja. Kami maksimalkan untuk para konsumen yang datang, jadi mereka yang puas mulai tersebar dari mulut ke mulut. Promosi yang paling bagus menurut saya ya dari testimoni pembeli,” tambahnya.
Setelah menjadi pengusaha selama bertahun-tahun, pastinya sepak terjang yang dilalui tidaklah mudah. Ia mengaku pernah berada di posisi sulit ketika pandemi datang beberapa tahun lalu dan mengharuskannya menutup resto untuk sementara waktu.
“Kita kalau jualan ya lillahitaala aja ya, kalau misalnya ga habis pun bisa kita sumbangin dan itu bukan suatu kerugian menurut saya. Kalau yang sempet down mungkin ada ya pas covid sempat tutup 3 bulan dan kena denda,” ujar Yusuf.
Baginya, perihal keuntungan yang didapatkan bukanlah penentu bagi kesuksesan, melainkan bagaimana resep dan tradisi sang Kakek mampu ia jaga dan pertahankan hingga sekarang.
“Kalau sukses itu sebenarnya tergantung ya dari segi apa. Kalau ngomong suskes ya kami sukses ya, sukses mempertahankan tradisi keluarga. Dari kakek saya, ke bapak saya, ke saya. Itu udah sukses menurut saya. Bukan cuma sekedar berapa angka dan nominal yang kami hasilkan,” imbuhnya.
Sebagai owner Rumah Makan Sarinande Tempo Doeloe, Yusuf mengharap perhatian yang lebih besar dari pemerintah terhadap usahanya yang melestarikan makanan khas Palembang.
“Yang pasti semoga semakin berkembang, ada perhatian juga dari pemerintah untuk mempromosikan makanan tradisional. Hampir dari kita pasti kalau datang ke tempat baru pasti nyarinya kulner makanan khas sana kan sebelum rekreasinya. Itu yang harus lebih diperhatikan lagi,” pungkasnya.