
![]() |
Kondisi Rumah Limas Palembang yang berada di Jalan Demang Lebar Daun. (Foto: Daffa Aqilah Febriyani)
Palembang – Rumah Limas bukan sekadar bangunan tradisional, tetapi simbol budaya dan filosofi kehidupan masyarakat Palembang tempo dulu.
Rumah panggung berbentuk limas ini kini masih berdiri kokoh sebagai salah satu ikon kebudayaan Melayu di tengah Kota Palembang, tepatnya di kawasan Jalan Demang Lebar Daun Palembang.
Menurut Anggun Maharani (20), staf Rumah Limas, bangunan ini pertama kali didirikan pada tahun 1990 dan selesai pada 1991.
Kayu-kayu utama berasal dari rumah Limas lama yang sebelumnya berada di kawasan perairan Palembang, sesuai dengan tradisi lama bahwa rumah-rumah Limas memang banyak dibangun di dekat perairan.
“Rumah Limas itu dulunya tempat tinggal orang zaman dulu, dan dinamakan ‘Limas’ karena bentuk atap rumahnya yang seperti limas,” jelas Anggun.
Menurutnya, salah satu ciri khas Rumah Limas adalah adanya tingkatan lantai yang disebut kijing.
Setiap kijing memiliki makna sosial yang dalam, kijing pertama untuk tamu yang baru dikenal. kijing kedua untuk teman dekat dan kijing ketiga untuk anggota keluarga.
“Tingkatan ini merepresentasikan kedekatan dan penghormatan antara tuan rumah dan tamu,” ujarnya.
Ditambahkannya, rumah ini juga memiliki lawang kipas, bagian rumah yang berfungsi ganda: sebagai atap di siang hari dan menjadi pintu saat malam tiba.
Tak hanya struktur lantai, bagian dalam Rumah Limas juga sarat makna.
Di dalam kamar pengantin, terdapat timbangan yang melambangkan keseimbangan rumah tangga.
Selain itu, terdapat bantalan tinggi—semakin tinggi bantalan, semakin tinggi pula status sosial pasangan pengantin.
“Selain kamar pengantin, ada juga ruangan keluarga untuk berkumpul. Semua ruangan punya makna,” ungkap Anggun.
Rumah Limas dibangun dari bahan kayu berkualitas tinggi seperti ulin dan tembesu.
Kayu ulin dikenal sangat kuat dan tahan air, sangat cocok dengan kondisi geografis Palembang yang dikelilingi perairan.
Namun, rumah kayu seperti ini juga membutuhkan perawatan ekstra.
“Karena dari kayu, perawatannya harus rutin. Kalau tidak dibersihkan bisa cepat rapuh atau berdebu,” kata Anggun.
Rumah Limas kini tidak hanya menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya.
Di dalam rumah, pengunjung juga dapat melihat baju adat khas Palembang, yang semakin memperkuat identitas Melayu dalam rumah tradisional ini.
“Rumah Limas adalah simbol budaya Palembang yang harus dilestarikan, terutama agar generasi muda tahu asal-usul mereka,” tambah Anggun.
Menyadari tantangan zaman digital, pengelola Rumah Limas juga memanfaatkan media sosial untuk menjangkau generasi muda.
Promosi dilakukan melalui platform Instagram dan TikTok dengan akun resmi @rumahlimaspalembang.
“Anak muda sekarang lebih aktif di media sosial, jadi kita coba kenalkan Rumah Limas lewat konten menarik di TikTok dan Instagram,” jelas Anggun. (Putri Ayu Kharisma & Daffa Aqilah Febriyani)