terkini


Mengenal Tradisi Umpak-Umpak’an, Kearifan Lokal Palembang yang Mulai Tergerus Zaman

Friday, May 30, 2025, Friday, May 30, 2025 WIB Last Updated 2025-05-30T14:41:25Z

Warga Palembang saat melaksanakan tradisi umpak-umpak’an, atau yang juga dikenal sebagai sanjo besamo-samo. (Foto: RA Aqila P Palimbano)


Palembang -
Tradisi umpak-umpak’an, atau yang juga dikenal sebagai sanjo besamo-samo, menjadi salah satu kekayaan budaya masyarakat Palembang yang biasanya dilakukan saat Hari Raya Idulfitri dan Iduladha. 


Tradisi ini melibatkan kegiatan saling mengunjungi antara keluarga, tetangga, dan kerabat dekat sebagai bentuk silaturahmi yang mempererat hubungan sosial.


Menurut Zumroh (50), warga asli Palembang, umpak-umpak’an memiliki makna penting dalam menjaga keharmonisan antarwarga. 


"Dengan saling mengunjungi, hubungan jadi makin erat. Ketika ada kejadian tak terduga, penyelesaiannya lebih mudah karena semua saling kenal. Kita juga bisa mengetahui kondisi kerabat," ungkapnya.


Namun, Zumroh juga menyayangkan bahwa tradisi ini mulai mengalami penurunan partisipasi seiring perkembangan zaman. 


Banyak masyarakat kini lebih memilih menyampaikan ucapan lebaran melalui media sosial ketimbang secara langsung. 


"Sekarang banyak yang hanya mengucapkan selamat lewat grup WhatsApp, tapi jarang yang betul-betul datang bersilaturahmi," ujarnya.


Perubahan gaya hidup, tradisi mulai terpinggirkan

modernisasi dan kesibukan masyarakat menjadi salah satu penyebab utama meredupnya praktik umpak-umpak’an. 


Dulu, menurut Zumroh, kegiatan ini sering difasilitasi oleh ketua RT atau tokoh masyarakat setempat. 


Tokoh-tokoh seperti sesepuh warga, tokoh adat, dan para tetua menjadi sasaran utama dalam tradisi ini sebelum dilanjutkan dengan kunjungan antar keluarga.


"Nilai yang terkandung dalam tradisi ini sangat besar. Ada rasa persatuan, kekompakan, dan juga ajang mengenalkan anak-anak kepada lingkungan dan kerabatnya," tambahnya.


Namun sayangnya, menurut Zumroh, peran generasi muda dalam melestarikan tradisi ini semakin minim. 


Hanya anak-anak usia SD yang kadang masih aktif berkeliling saat lebaran. 


Ia berharap ada peran aktif dari orang tua dan aparat lingkungan untuk kembali menghidupkan tradisi lokal yang sarat nilai ini.



Meenurutnya, pelestarian tradisi seperti umpak-umpak’an menjadi tantangan tersendiri di tengah gempuran modernisasi. 


Kolaborasi antara masyarakat, pemuda, tokoh adat, dan pemerintah setempat diperlukan agar nilai-nilai budaya seperti gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan tetap terjaga.


Dia menilai, tradisi umpak-umpak’an bukan sekadar kunjungan, melainkan simbol kekuatan sosial budaya masyarakat Palembang yang mencerminkan identitas dan jati diri. 


Sementara itu, Abror (21), seorang mahasiswa asal Palembang, mengaku masih menjalani tradisi ini bersama keluarganya. 


“Biasanya saya ikut bersama keluarga kecil ke rumah kakek, tempat berkumpulnya keluarga besar. Dulu, waktu kecil, saya juga sering keliling ke rumah tetangga bareng teman-teman,” tuturnya.


Abror menilai tradisi umpak-umpak’an punya peran besar dalam memperkuat ikatan keluarga. 


"Kadang kalau jarang jumpa, bisa lupa siapa kerabat kita. Lewat kegiatan seperti ini, silaturahmi tetap terjaga," ujarnya.


Penulis: RA Aqila P Palimbano - Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Unsri

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Mengenal Tradisi Umpak-Umpak’an, Kearifan Lokal Palembang yang Mulai Tergerus Zaman

Terkini

Topik Populer