terkini


Tradisi Ziarah Serumpun, Warisan Leluhur Melintasi Sungai Demi Hormati Nenek Moyang

Friday, May 30, 2025, Friday, May 30, 2025 WIB Last Updated 2025-05-30T14:23:01Z

Warga Desa Kemang Bejalu, Sumatera Selatan melintasi sungai untuk melaksanakan trades Ziarah Serumpun. (Foto: Alex Nurdin)


Banyuasin
– Tradisi Ziarah Serumpun di Desa Kemang Bejalu, Sumatera Selatan, menjadi salah satu budaya lokal yang terus dilestarikan hingga kini. 


Kegiatan ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antaranggota keluarga besar.


Menurut Siti Asia (78), sesepuh desa, Ziarah Serumpun merupakan warisan dari nenek moyang yang telah turun-temurun dilaksanakan. 


"Itu untuk melanjutkan warisan nenek moyang," ujarnya. 


Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan generasi muda kepada asal-usul dan makam leluhur mereka. 


“Supaya anak cucung tahu kalau itu makam nenek moyang mereka,” tambahnya.


Hal senada disampaikan oleh Fatmawati (43), yang menyebutkan bahwa tradisi ini menjadi sarana memperkuat silaturahmi keluarga besar, sekaligus menjadi momen pengenalan sejarah keluarga kepada anak cucu. 


“Tradisi ini dilaksanakan pas keluarga lagi kumpul-kumpul, supaya silaturahmi lebih kuat dan anak cucung tahu kalau itu keluarga mereka yang sudah mendahului,” jelasnya.


Pelaksanaan Ziarah Serumpun biasanya diikuti oleh keluarga besar, kerabat, dan sanak saudara. 


“Yang terlibat biasanya keluarga dekat, saudara dekat, sampai keluarga besar,” terang Fatmawati.


Tradisi ini secara umum dilakukan pada momen Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. 


Biasanya, jika keluarga besar sudah berkumpul pada lebaran kedua, maka ziarah akan dilakukan pada hari ketiga. 


“Ini selalu dilakukan di hari lebaran,” ujarnya.


Veby Ramadani (17), generasi muda desa, menambahkan bahwa ziarah ini berbeda dengan ziarah biasa karena waktunya khusus saat hari raya besar dan disertai dengan prosesi keluarga besar.


Uniknya, pelaksanaan Ziarah Serumpun tidak dilakukan di dalam Desa Kemang Bejalu. Pasalnya, desa ini tidak memiliki lokasi pemakaman sendiri. 


Warga harus menyeberangi sungai menggunakan perahu, ketek, atau speedboat menuju dusun tetangga tempat makam para leluhur berada.


Sebelum pelaksanaan, akan diadakan musyawarah keluarga. Dalam pertemuan ini dibahas rencana keberangkatan, kendaraan yang digunakan, serta kebutuhan seperti bunga, air, parang, dan cangkul untuk membersihkan makam.


“Awalnya diadakan musyawarah, direncanakan kendaraan, serta apakah mau makan bersama dulu. Kalau tidak bisa kumpul, diskusi bisa lewat telepon,” ujar Veby.


Setelah ziarah selesai, seluruh peserta akan kembali ke rumah tempat musyawarah semula untuk melanjutkan silaturahmi dan makan bersama.


Ziarah Serumpun dianggap penting karena menjadi pengingat sejarah keluarga dan simbol penghormatan terhadap leluhur. 


Selain itu, tradisi ini memperkuat hubungan kekeluargaan serta memperkenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.


“Ini untuk melanjutkan warisan budaya nenek moyang dan memperkenalkan makam leluhur ke anak cucung dan cicit,” tutur Veby.


Menurutnya, semangat kekeluargaan dan penghormatan terhadap asal-usul, Ziarah Serumpun di Desa Kemang Bejalu menjadi salah satu tradisi lokal yang sarat makna dan patut dijaga keberlangsungannya.


Penulis: Alex Nurdin - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Unsri

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Tradisi Ziarah Serumpun, Warisan Leluhur Melintasi Sungai Demi Hormati Nenek Moyang

Terkini

Topik Populer