terkini

Resmi Rilis, Buku Warisan Budaya Palembang Ungkap Sejarah Kesultanan dari Naskah Kuno

Monday, November 17, 2025, Monday, November 17, 2025 WIB Last Updated 2025-11-17T11:37:30Z
Foto bersama dalam peluncuran buku di Aula Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam. (Foto: IST)


PUYANG - Buku terbaru karya Leni Mastuti, M.Hum., berjudul Warisan Budaya Palembang: Sejarah Kesultanan Palembang dalam Naskah Kuno resmi diluncurkan pada Minggu (16/11/2025) dalam sebuah workshop di Aula Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam. 


Peluncuran buku ini menarik perhatian tokoh adat, budayawan, akademisi, hingga pemerhati sejarah di Sumatera Selatan.


Sejumlah tokoh hadir dalam kegiatan tersebut, di antaranya Raden Dewi Muslihat Diradja, Raden Ayu Ratna Mutia, S.Psi., M.Si., Psikolog; Sultan Palembang Darussalam SMB IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja, S.H., M.Kn.; Raden Zainal Abidin Rahman Dato’ Pangeran Puspo Kesumo; R.M. Rasyid Tohir, S.H.; Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir; Ketua Forwida Dr. Diah Kusuma Pratiwi, M.T.; Ketua Lembaga Seni Budaya Sang Putri Sriwijaya Bebi Sri Mardiana; Ketua MGMP Sejarah Sumsel Eva Yenna, S.Pd.; budayawan Vebri Al Lintani; seniman Isnayanti Safrida dan Genta; Kepala Museum A.K. Gani Gi Priyanti Gani; serta Prof. Zuhdiah dari UIN Raden Fatah Palembang.


Narasumber utama workshop ini adalah Sultan Palembang Darussalam SMB IV dan sejarawan Palembang Dr. Kemas A.R. Panji, S.Pd., M.Si.


Dalam pemaparannya, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja menegaskan urgensi meluruskan sejarah Indonesia yang selama ini banyak ditulis melalui kacamata kolonial.


“Sekitar 70 hingga 80 persen sejarah kita masih ditulis berdasarkan perspektif kolonial. Karena itu, narasi perlu diluruskan kembali berdasarkan pandangan kita sendiri,” ujarnya.


Menurut SMB IV, narasi sejarah sering dipengaruhi pihak yang dominan dalam suatu peristiwa. Hal inilah, katanya, yang membuat sejumlah catatan kolonial menggambarkan Palembang dalam posisi yang salah, seperti pada peristiwa penyerangan Banten atau perselisihan dengan Inggris.


“Tidak jarang sejarah kita ditampilkan secara negatif karena kepentingan ekonomi dan politik kolonial. Padahal fakta lapangan memperlihatkan hal berbeda,” tegasnya.


Dr. Kemas A.R. Panji saat memberikan materi. (Foto: IST)


Dr. Kemas A.R. Panji menekankan pentingnya manuskrip lama sebagai sumber primer sejarah Kesultanan Palembang Darussalam. Ia mengapresiasi lahirnya buku karya Leni Mastuti sebagai kontribusi besar dalam upaya pelestarian sejarah lokal.


“Semakin banyak yang menulis, semakin kecil peluang narasi sejarah kita dibelokkan,” ujarnya.


Penulis buku, Leni Mastuti, menjelaskan bahwa proses penyusunan berlangsung selama tiga bulan, dari Agustus hingga Oktober 2025. Tantangan terbesar datang dari alih aksara naskah kuno yang telah berusia ratusan tahun.


“Sebagian naskah sudah rusak dan banyak yang ditulis menggunakan aksara Jawi atau Melayu. Ini membutuhkan ketelitian ekstra,” ungkapnya.


Dalam bukunya, Leni menggabungkan tiga naskah utama dengan alur serta gaya penulisan berbeda. Ketiganya dianalisis dan dipadukan untuk menciptakan gambaran menyeluruh mengenai sejarah Kesultanan Palembang.


Leni menilai bahwa generasi muda perlu diberi pemahaman tentang pentingnya manuskrip klasik.


“Naskah lama bukan sekadar tulisan tua. Di dalamnya tersimpan identitas dan jejak sejarah leluhur kita,” katanya.


Ia berharap masyarakat semakin menyadari bahwa sejarah Palembang tidak hanya bersumber dari tradisi lisan, tetapi juga dari dokumen tertulis yang kaya informasi.


Pada akhir acara, panitia membagikan buku Warisan Budaya Palembang: Sejarah Kesultanan Palembang dalam Naskah Kuno kepada seluruh peserta sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap pelestarian sejarah lokal. (ARI)


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Resmi Rilis, Buku Warisan Budaya Palembang Ungkap Sejarah Kesultanan dari Naskah Kuno

Terkini

Topik Populer