 |
Pemilik Usaha Kerupuk Kemplang Rajo Salman, Bapak Mohammad Sazili. (Foto: Nazayla Putri) |
PUYANG- Pasar 26 Ilir Palembang dikenal sebagai pusat kuliner khas wong kito galo, tempat berbagai pedagang UMKM menjajakan makanan tradisional seperti pempek, model, tekwan, hingga aneka kerupuk dan kemplang.
Di antara banyaknya pedagang di sana, salah satu yang menarik perhatian adalah Kerupuk Kemplang Rajo Salman, usaha lokal yang sukses berkat promosi aktif di media sosial.
Usaha ini didirikan oleh Mohammad Sazili (48) sejak masa pandemi Covid-19. Nama Kerupuk Kemplang Rajo Salman sendiri diambil dari nama putranya, Salman, dengan filosofi menarik di baliknya.
“Pembeli itu kan ibarat Raja, sedangkan Salman nama anak saya. Jadi Salma penjual dan Raja pembeli. Terbitlah nama Kerupuk Kemplang Rajo Salman,” jelas Sazili sambil tersenyum.
Kerupuk Kemplang Rajo Salman berlokasi di Jalan Mujahidin, 26 Ilir, Palembang. Meski hanya memiliki satu toko utama, usaha ini berhasil bertahan dan berkembang berkat strategi promosi kreatif yang dilakukan pemiliknya.
Menariknya, jam operasional toko tidak menentu, bergantung pada keinginan sang owner. Namun, pelayanan online tetap buka 24 jam penuh.
“Kita suka-suka hati aja buka toko, tergantung hari itu mau buka atau enggak. Tapi kalau pesan online bisa kapan pun,” ujar Sazili dengan nada bercanda.
Sesuai namanya, toko ini menjual berbagai jenis kemplang khas Palembang, mulai dari kemplang gepeng, kemplang cumi, hingga kerupuk keriting. Selain itu, tersedia juga aneka pempek seperti pempek telur, keriting, dan lenjer.
Sazili juga menyediakan paket pempek dengan harga yang disesuaikan berdasarkan jumlah isiannya.
“Yang disukai pembeli dari toko kami itu karena murah dan enak. Namanya juga orang Palembang, pasti suka makanan yang murah dan banyak,” katanya.
Salah satu kunci keberhasilan usaha ini adalah keaktifan Sazili di media sosial. Ia rutin membuat konten promosi di TikTok melalui akun @mohammadsazilibak, yang kini telah memiliki ribuan pengikut dan penonton setia.
“Saya aktif di media sosial kayak TikTok. Sekarang followers-nya banyak, penonton juga ramai terus. Jadi kalau ada waktu luang saya bikin konten, ikut tren, sekalian promosi,” ungkapnya.
Aktivitas promosi ini terbukti efektif menarik pelanggan baru, terutama dari kalangan muda yang aktif di dunia digital.
Sazili mengaku selalu berusaha mengelola keuangan dengan hemat agar usaha tetap stabil. Ia memanfaatkan fasilitas yang ada dan menekan pengeluaran yang tidak perlu.
“Sejauh ini belum pernah rugi besar. Kita enggak beli mobil, jadi transport pakai angkot aja. Tempat juga warisan. Enggak muluk-muluk, yang penting jalan terus,” ujarnya.
Ke depan, Sazili berencana mengubah konsep tokonya menjadi model supermarket mini untuk meningkatkan kenyamanan pembeli.
“Rencananya mau ubah sistem jualan jadi seperti supermarket, pakai etalase dan AC. Jadi pembeli bisa lebih nyaman memilih barang. Mudah-mudahan bisa segera terwujud,” tutupnya. (Nazayla Putri)
