
Gedung Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Palembang. (Foto: Tim Peliputan)
PALEMBANG - Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Palembang tidak hanya menjadi ikon kota, tetapi juga menyimpan banyak kisah heroik perjuangan rakyat Sumatera Bagian Selatan.
Meski sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu, tak sedikit warga Palembang yang justru baru pertama kali menginjakkan kaki ke dalam museumnya.
Salah satu petugas Monpera yang juga menjadi pemandu wisata, Muhammad Romiansyah, mengungkapkan, museum ini dibangun atas inisiatif para pejuang kemerdekaan dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).
Museum ini juga menjadi simbol penghormatan atas peristiwa Perang Lima Hari Lima Malam yang terjadi pada 1–5 Januari 1947.
Dibangun pada 1975 dan diresmikan pada 1988 oleh Menko Kesra H. Alamsyah Ratu Prawiranegara, Monpera memiliki bentuk unik menyerupai bunga melati putih bermahkota lima.
Filosofi ini melambangkan lima daerah di Sumatera Bagian Selatan: Palembang, Jambi, Lampung, Bangka, dan Belitung. Tinggi bangunan 17 meter, delapan lantai, dan 45 sisi menggambarkan tanggal kemerdekaan Indonesia: 17 Agustus 1945.
Romi, sapaan akrab Muhammad Romiansyah, menyebut bahwa terdapat 13 petugas yang bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan, dan kenyamanan pengunjung. Mereka berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, khususnya bagian museum.
Museum Ramah Digital: Monpera di Instagram dan Aplikasi Giwang
Untuk menjangkau generasi muda, Monpera telah hadir di media sosial. Akun resmi Instagram mereka adalah @monpera.official, dan Facebook mereka bernama Monpera Sumbagsel.
Selain itu, pengunjung juga bisa mengakses informasi wisata sejarah lainnya lewat aplikasi Giwang milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan yang tersedia di Play Store.
Uniknya, di setiap lantai museum terdapat lemari khusus yang siap menerima hibah koleksi sejarah dari masyarakat.
Inisiatif ini menjadi langkah nyata dalam mengajak publik berkontribusi terhadap pelestarian sejarah.
Meski belum memiliki kerja sama aktif dengan lembaga atau kampus, Monpera terbuka bagi mahasiswa yang ingin magang, meneliti, atau berinovasi.
“Biasanya kami menerima mahasiswa untuk kegiatan magang atau penelitian,” jelas Romi.
Romi menyampaikan bahwa dua kritik yang sering diterima dari pengunjung adalah soal panas dan minimnya pencahayaan di dalam ruangan.
Ia berharap ada renovasi menyeluruh, terutama di bagian pendingin ruangan dan pencahayaan, agar koleksi bisa terjaga dan pengalaman pengunjung lebih nyaman.
Pengunjung Ingin Fasilitas Lebih Baik dan Sejarah Lebih Dikenalkan
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Nakesya Nurlia Andrini, mengaku baru pertama kali masuk ke museum meski sudah sering melewati Monpera.
"Monpera itu bagus banget, ikon Palembang. Tapi sayangnya masih kurang dikenal. Saya harap fasilitas dan kebersihannya bisa lebih ditingkatkan," ujar Nakesya.
Menurutnya, Monpera Palembang bukan hanya destinasi wisata, tapi juga ruang edukatif yang mengabadikan perjuangan rakyat Sumatera Bagian Selatan.
“Kunjungi, pelajari, dan kenali sejarah kota ini, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya,” tutupnya.
Tim Penulis: Nur Izzati Kharisma, Rasya Saputra, Dea Aprillia, Putri Ayu Kharisma, Fitri Pertiwi dan Ahmad Alva Riziq - Mahasiswa Prodi Jurnalistik UIN Raden Fatah Palembang.